Selasa, 20 Januari 2015

Masih Merupakan Awal

   keesokan paginya.
  "hai evan." sapa putri dengan ceria. kebetulan pagi ini mereka tidak berangkat bersama lagi.
   "oh. hai."
  "eh? lu...kenapa? apa lu sakit?" tanya putri khawatir sambil memegang kening evan.
   evan langsung menjauhkan tangan putri dari keningnya sambil tersenyum pahit. "aku gak apa-apa kok. ada apa? muka kamu kok cerah banget kayanya?"
   "hehe keliatan banget ya?" tanya putri malu-malu dengan wajah yang sontak berubah merah.
   "emm...emang ada apa sih?" evan masih berpura-pura tidak tau.
   "eng...evan. kemaren gue..."
   "putri!"
   putri dan evan menengok ke sumber suara di belakang mereka. dan ternyata itu adalah suara... asad.
   "eh asad. kenapa?" tanya putri sambil tersenyum kikuk tapi menunduk.
   "gapapa hehe lagi luang gak? ikut aku yuk."
   "eh? kemana?"
   "ada deh. mangkanya ikut aku."
  putri terdiam sebentar. meskipun sudah resmi menjadi pacar asad, putri tidak mau menyakiti evan dengan meninggalkannya begitu saja. apalagi, evan belum tau kalau dia dan asad sudah berpacaran.
   mengetahui putri yang tidak kunjung merespon, evan langsung membalikkan badan sambil berkata, "pergi saja put. aku ada di perpus jika kau membutuhkanku." dan evan langsung pergi tanpa menengokkan kepalanya lagi ke arah putri.
   putri bingung. tidak biasanya evan bersikap seperti itu. jika sudah bertemu asad, evan biasanya langsung mengerti karena dia tau bahwa putri menyukai asad. tapi untuk hari ini, itu terlihat cukup ganjil dimata putri.
   "bagaimana tuan putri? sudah siap mengikuti hambamu ini?"
  selorohan asad membuat kesadaran putri kembali. wajahnya sontak langsung memerah. sambil mengulum senyum malu-malu putri pun mengangguk dan membiarkan asad menarik pelan tangan kanannya. dan, putri tak akan melupakan kebahagiaan ini.

***

   perpustakaan.
  perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan sekolah terbesar di Jakarta. peletakkan bukunya yang memenuhi tembok dan bilik-bilik yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menciptakan kesan luas yang alami membuat siswa-siswi nya tidak segan untuk menghabiskan waktu didalamnya. dari mulai yang ingin mengerjakan tugas, bersantai, membaca koran harian, atau googling. intinya, perpustakaan ini cukup sempurna.
  namun tidak hanya kesenangan. ternyata ada juga seseorang yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat pelariannya ketika ada masalah. dan dia adalah evan. kini dia tengah terduduk di bilik pojok ruang baca. memandang secara kosong buku yang ada di depannya. kejadiaan semalam dan bagaimana ekspresi putri tadi serta ajakan asad yang terlihat tidak sungkan membuat evan jengah berada di sini. dia merasa ingin membolos. tapi, karena teringat jika suatu waktu putri datang ke sini mencarinya untuk meminta bantuannya... ah aku lupa dia sudah punya asad...
   evan lalu hendak melangkah keluar perpustakaan ketika tiba-tiba dia melihat rena di antara buku-buku seni. karena masih merasa tidak enak telah membolos di rapat yang kedua, dia pun menghampiri rena. ya, evan membolos di rapat kedua ini setelah begitu terpukul karena mengetahui apa yang telah terjadi antara putri dan asad. oh, bukan mengetahui, lebih tepatnya...melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. setelah itu, dia benar-benar tidak memedulikan lingkungan sekitarnya dan hanya pergi mengikuti arah roda sepeda motor kesayangannya itu membawanya.
    "ren..." suara evan pelan. entah karena itu perpustakaan jadi dia tidak mau membuat pengunjung lain terganggu atau memang karena dia sudah tidak bersemangat untuk melanjutkan hari ini.
    "eh, evan. ada apa?" jawab rena pelan juga.
   melihat evan yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan justru hanya menatap kosong dirinya, rena pun langsung mengajak evan keluar dari perpustakaan dengan isyarat tangannya.
   menyadari itu, evan hanya mengekori rena yang kini telah membawanya ke taman sekolah.
   "kenapa, van? lo kaya kurang sehat gitu. apa lo sakit?" tanya rena khawatir.
  "gue...baik-baik aja kok." sudut bibir evan terangkat sedikit. "sorry gua bolos rapat lagi. waktu itu gue..."
   "van? ada apa?" tuntut rena kini sambil menatap langsung ke kedua mata evan. seolah mengatakan bahwa dia bersedia untuk membantunya apa pun yang terjadi.
   "aaaaaaaaarrrrrrgggghhhhh" geram evan cukup keras dan membuat rena kaget. tapi rena paham, mungkin sekarang evan tengah dalam keadaan yang tidak bagus. bisa karena nilai, pertemanan, dengan guru, atau mungkin dengan putri...
   "lo boleh cerita apa aja ke gue, van. kalo emang itu bikin lo mendingan."
  kini evan hanya memandangnya lagi. tatapan kosong. ugh...rena benci tatapan itu. seolah berkata bahwa kau-tahu-apa-tentang-aku.
   "gue..."
   rena menunggu. sungguh, ini untuk pertama kalinya evan akan bercerita sesuatu padanya. berbagi masalahnya...
   "rena!"
   dan...rena menghembuskan napas kesal.
   "siapa si?!" semprot rena kepada orang yang baru saja memanggilnya tadi.
   "weeet nyantai ren. gue cuma mau ngasih tau kalo lo dicariin sama pak karso. kayanya sih tentang pensi sekolah 10 hari lagi itu. dan kayanya penting. cepet datengin gih. gaenak kan kalo ngebiarin beliau nunggu." kata rico.
   evan hanya terdiam. seolah sebelumnya memang tidak terjadi apa-apa. rena mencoba membaca ekspresi tersebut. namun evan seperti memang menutupi semuanya. semua keresahan di wajahnya tadi.
   "emm...oke. thanks ya ric. sorry juga tadi ngebentak hehe." rena pasang tablo.
   "yeah, nyantai aja." kata rico sambil tersenyum tersipu. wait? tersipu. ckck

***

   setengah jam berlalu.
  oke, urusan dengan pak karso memang tidak selalu mudah. pasti dibutuhkan skill ngeles dan alibi tingkat dewa untuk membuat beliau percaya kepada kalian. maka dari itu, pertemuan rena dan pak karso tersebut sudah cukup menyita waktu rena yang seharusnya dia habiskan bersama evan. oh ya...dimana ya evan? batin rena.
  rena mencoba melihat ke perpustakaan, tetapi dia tidak menemukannya. mungkin taman? sama. tidak ada dia disana. kelas! ya, itu adalah tempat terakhir evan untuk singgah. tapi, benar saja. apa yang rena takutkan benar terjadi. sekarang ini evan sudah bersama putri. duduk bersama di dua bangku yang saling bersebelahan. terlihat sedang membicarakan sesuatu. yang cewe berbunga-bunga tetapi yang cowo tak terlihat ekspresinya karena membelakangi rena. hhh...evan. apa lo sekarang lagi menumpahkan semua uneg-uneg yang mau lo ceritain ke gue sama putri dan ngelupain gue?

***

   "gitu van. gimana menurut kamu?"
   "put, kamu udah dewasa. aku tau pasti kamu udah pertimbangin baik-baik semua hal yang kamu pilih. jadi, jalanin aja apa yang udah kamu pilih. tapi, tetep jaga diri juga ya." kata evan tulus sambil membelai pelan rambut putri. entah kenapa. tapi dia ingin sekali membelai rambut itu... dan memiliki sang empunya. tapi apa daya. gadis yang tengah dia belai rambutnya tersebut baru saja menceritakan kisah cinta romantis bersama laki-laki yang disukainya.
   "makasi van. aku gatau kamu bisa sebijak itu." kata putri lega sambil tersenyum pada evan.
    manis...
   "nah, karna elo udah jadian. berarti lo harus traktir gue!"
   "ha? traktir apaan?"
   "pj! pajak jadian. haha oke? warung bu susi pulang sekolah. daaah putri jelek. weee..." evan meninggalkan putri yang masih memasang wajah polos dan tak mengerti apa yang baru saja evan katakan. tapi, setelah pungung evan menghilang di belokan lorong tersebut putri baru sadar dan mengerti apa yang evan maksud.
   "van...gue gak ada duit..." kata putri pelan yang lebih tepatnya dia tujukan untuk dirinya sendiri.
  "evaaaaaaaaaaaan dengerin gue duluuuuuuuuu............" putri pun berlari mengejar evan untuk mengatakan kalo dia tidak punya uang untuk menraktir dia. jangankan bu susi, untuk membeli air mineral saja dia sepertinya tidak bisa-_-

   namun, tanpa disadari. tepatnya dibalik pohon rindang tempat evan dan putri berbincang barusan. seseorang sudah berdiri disana cukup lama. ya, cukup lama untuk mendengar semua pembicaraan mereka. dan, dia merasa cukup bahagia mengetahui semuanya. seutas senyum lebar terus menggantung di wajahnya. dipadukan dengan tampang yang cukup ganteng dan keren, penampilannya sudah mirip artis ngetop masa kini. dan pemiliki senyum lebar itu adalah, asad.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar