Rabu, 11 Februari 2015

Notes

   H-5 pensi sekolah putri dan evan.

   beberapa orang tampak sibuk keluar-masuk ruang osis. tentu saja. karena suatu acara yang sangat ditunggu-tunggu sudah bisa dihitung jari. tak sedikit dari panitia yang rela pulang malam karena membahas konsep acara yang dirasa masih kurang. begitu pula dengan evan. setelah pembicaraan dengan putri waktu itu, dia ingin mulai sedikit menyibukkan diri dengan kepanitiaannya saat ini. dia sudah tidak sering bolos rapat lagi seperti dulu. dia justru kini menjadi orang yang paling rajin ketika akan ada kumpul panitia. perubahan itu, tentu sangat terlihat. apalagi bagi rena. bukannya merasa senang karena acaranya didukung oleh evan, rena malah sibuk bertanya-tanya sebenernya apa yang membuat evan berubah.

   "ren?" panggil evan pada rena yang tengah terduduk di bangku taman saat jam istirahat itu.
   rena tidak merespon.
   "ren?"
   rena masih acuh. akhirnya diikutilah arah pandangan mata rena. tapi tak ada sesuatu pun yang cukup menarik untuk dilihat di arah sana. hanya ada pak amin, si tukang bakso yang memang langganan mangkal di depan sekolahnya. masa iya rena ngeliatin pak amin ampe bengong gini?, tanya evan dalam hati.
   "ren? OY!!!" teriak evan tepat di telinga rena yang tentunya langsung di tanggapi rena dengan ekspresi kaget dan kedua tangan menutup telinganya.
   "ya Allah, evan. lo ngagetin gue aja! lo gak bisa apa ngucapin misi atau manggil gue dulu sebelom teriak pas di kuping gue?! HAH?" rena emosi. sebenarnya tidak benar-benar emosi. rena hanya kaget saja karena saat tengah melamun, tiba-tiba dia manemui wajah evan yang begitu dekat dengannya. dia tidak akan pernah melupakan saat ini.
   "nggak manggil lo bilang? gue udah manggil elu berkali-kali ampe dadah-dadahin tuh muka. tapi lo nggak engeh-engeh." jelas evan dengan sedikit gemas karena di semprot begitu oleh rena.
   "oh, iya ya? emang tadi gue bengong?" tanya rena dengan tampang bloon-nya.
   "masih perlu gue jawab kah? iyalah. emang lo lagi mikirin apa si?"
   rena terdiam sejenak. dia tengah menimbang-nimbang apakah akan bertanya kepada evan atau tidak.
   "eng... sebenernya van, gue cuma pengen tau."
   "pengen tau? pengen tau tentang apaan?"
   "eng... elu... sebenernya..." belom selesai rena mengucapkan pertanyaannya, tiba-tiba handphone evan berbunyi nyaring.
   "eh, sorry, ren. gue angkat telepon dulu ya."
   "oke" jawab rena lemas.
   evan menjauh dari bangku tersebut dan menerima teleponnya tak lama kemudian. setelah sedikit mengangguk dan menjawab singkat, evan menutup teleponnya dan kembali ke bangku taman.
   "eh, ren. sorry, nih. putri tadi nelpon gue. ada perlu katanya. jadi gue harus nemuin dia dulu. gapapa kan? nanyanya bisa dilanjut nanti deh."
   rena mendengus tak kentara. "oh, putri. oke, gapapa. gue bisa tanyain ntar laen kali." kata rena dengan senyum tipis penuh kepalsuan.
   "thanks. kalo gitu gue duluan ya. bye!"
   "bye."
   sendiri lagi. dan itu berarti, bengong lagi.

***

   putri tengah berdiri di depan kelas sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. dia terlihat sendiri saat itu. tentu saja, pangerannya tengah sibuk mengurus tim basket sekolah mereka untuk melanjutkan pertandingan kemarin yang berhasil menyabet nomor 1. tak lama kemudian, dari arah kanan evan datang. sambil melempar senyuman manisnya, putri menyapa evan.
  "hai, evan. lama gak jumpaaa" seru putri girang seolah tengah menumpahkan rasa rindunya pada sahabatnya itu.
   "ck, kalo maksud lo 3 jam itu waktu yang lama. well, seneng di kangenin sama elu." balas evan dengan senyuman sok cool yang dibuat-buat.
   "hiuuuh, muka lu bikin gue eneg deh."
   "yeeeh ngeledek lagi. ada apaan nelpon gue."
   "sekarang kan lo udah sibuk banget tuh ama acara lu. nah, mangkanya istirahat ini gue pengen ngajak lu makan bareng di kantin. yuk, udah lama banget kita gak makan bareng."
   evan tepana. "oh, boleh. tapi jangan lama-lama ya. kayanya gue bakal balik ke ruang osis lagi secepatnya." kata evan sok acuh padahal hatinya tengah terbang menuju angkasa. melambung tinggi melewati galaksi bima sakti tapi cukup gengsi buat ngakuinnya. :p
   "oke." jawab putri sambil tersenyum senang karena bisa makan bersama evan lagi setelah lima hari ini jarang bersama.

***

   kantin yang dibanjiri murid-murid lapar.
   "lo mau beli apa?"
   "eh, apa aja deh. seterah lu. gue ngikut."
   "oke, bakso mau ya." putri segera melenggang ke gerobak bakso pak amin dan memesan dua porsi untuk dirinya dan evan.
   "eh....put. si asad kemana?" tanya evan setegar mungkin padahal hatinya sangat senang karena laki-laki itu tidak ada.
   "oh, evan lagi ngumpul sama anak basket. kan, tim sekolah kita menang jadinya dia yang koordinir buat pertandingan selanjutnya deh." jawab putri dengan wajah yang berseri-seri.
   "oh. lo pasti bahagia banget ya pacaran sama asad."
   "hehe. iya, van. gue bersyukur banget bisa dapet kesempatan jadi pacar dia. emm lo kapan nih mau nyusul punya pacar juga? gak bosen apa jomblo terus? haha" ledek putri dengan kejamnya.
   gue maunya elo...
   "ah, enggak. belom nemu yang pas aja. lagian gue sekarang mau fokus ke acara dulu. kan udah H-5."
   "oiya, btw buat pensi nanti gue harus pake baju apa nih?"
   "emm, gue saranin elu pake baju pink yang waktu itu lo pake pas ultah gue. itu cocok banget ama tema pensi taun ini. lo pasti eye-catching banget ntar." jawab evan sungguh-sungguh.
   "oh, gitu ya. yaudah deh, tar gue coba cari lagi tuh baju. terus kalo gue yang pink itu, kira-kira asad cocoknya apa ya?" tanya putri polos.
   "oh. emm apa aja deh. kayanya ama baju itu mah, gaya apa aja cocok deh."
   "ohh gitu. yaudah nanti gue bilang asad deh. makasi ya sarannya."
   "ya." jawab evan pelan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

***

   "oya, put. kebetulan nyokap gue masak di rumah lho hari ini. lo mau nyoba mampir gak?" tanya evan.
   "iya? waah udah lama banget gue gak ketemu tante mira. mau deh mau. tar gue bilang asad dulu ya biar gue baliknya bareng elo."
   "oke."
   putri pun menjauh kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon asad.
perbincangan singkat pun berlalu dan putri kembali ke samping evan. "yuk, kita berangkat!!!"

***

   evan dan putri tiba dirumah evan. tak lama tante mira keluar dari kamar dan menyambut kedatangan putri. setelah perbicangan singkat-heboh antara dua perempuan itu, tante mira pun menyuruh putri untuk menunggu di kamar evan karena tante mira akan mempersiapkan hidangan istimewanya.
   "huu... heboh amat si ngobrol berdua aja." semprot evan saat putri tiba di kamarnya.
  "haha maklumlah van. kan gue udah lama gak ketemu nyokap lu. haaaaaa..." putri merebahkan tubuhnya di atas sofa di depan televisi kamar evan. "kamar lo masih sama kaya dulu ya." kata putri sambil tersenyum.
   melihat tingkah putri yang tersenyum manis begitu, evan jadi teringat masa lalu-masa lalunya bersama putri. bagaimana seringnya cewek itu memasuki kamar pribadinya dan begitu pula sebaliknya. bagaimana biasanya dia yang memberantaki seisi ruang kamar putri lalu putri yang merapikannya, tetapi tidak sebaliknya. hihi...
   "iyalah. emang mau lo kamer gue diapain? dibolongin temboknya biar keliatan beda?" seloroh evan yang tentu membuat putri ngakak mendengarnya. "yaudah, kalo gitu gue ambilin minum dulu ya. lo pasti mau es jeruk kan?" tanya evan yang langsung dibalas senyuman oleh putri. karena dulu saat masih suka bermain kerumahnya, putri selalu menginginkan es jeruk untuk minumnya.
   evan keluar kamar meninggalkan putri sendirian. karena hampir merasa bosan, putri pun beranjak dari sofanya dan berkeliling ke seluruh penjuru kamar evan.
   pertama, tempat tidur. tempat tidur itu masih rapi. tentu saja. evan baru pulang dan baru sempat duduk di sisinya tanpa memberantakinya. coba saja kalau sudah ia sentuh lebih jauh. pasti seperti kapal pecah. kedua, kumpulan foto di dinding kamar evan. entah kenapa, tapi sepertinya kumpulan foto itu belum bertambah lagi sejak terakhir putri melihatnya... 3 tahun lalu. berlanjut ke cermin. tidak aneh. hanya perawatan wajah biasa bagi laki-laki. lalu meja belajar. tumpukan buku tentu sudah berubah menjadi kumpulan buku kelas 2 SMA. tempat pensil pun hanya sebuah kotak polos berwarna coklat disudut meja. beberapa foto dirinya dan evan, foto evan sendiri, dan sebuah.....note. "eh, apaan nih? dari...rena?"
   putri membacanya dalam diam.

***

   "ini dia. es jeruk pesanan tuan putri sudah siappp." teriak evan dari arah pintu yang tentunya dapat didengar oleh seluruh penjuru kamar.
   putri terlihat sedang melihat dunia luar lewat balkon. didekatinya putri.
   "put, ini es lu." putri tidak merespon. "put..."
   "eh?" ekspresi sedih dan kaget bercampur di wajah putri saat ini.
   "lo kenapa, put? sakit?"
   "eh, enggak kok. gue cuma pengen nyari udara seger aja. hehe."
   "oh gitu. nih es jeruk lo. spesial lho gue yang buatin." pamer evan dengan senyum mengembang diwajahnya.
   "wuaaaah makasi, van." balas putri dengan senyuman lebar yang tulus dan menyenangkan.
tetaplah kaya gini, put. tetaplah elu disamping gue tanpa ada dia atau mereka. cukup begini terus sampe waktu yang memisahkan kitaaa...

 

Senin, 02 Februari 2015

DUA

Dua
Aku adalah dua
Aku suka dua
Karena aku punya serba dua
Dua mata
Dua telinga
Dua kaki
Dan....dua tangan
Maka dari itu aku suka angka dua
Tapi
Entah kenapa dua itu kini menyakitiku
Padahal aku sudah menyukainya sepenuh hati :(
Dua
Iya, aku terdiri dari dua
Suatu angka yang aku suka!
Tapi ternyata, dua inilah yang tak jarang menorehkan luka
Luka dihati
Iya, dua
Dua yang sakit kala didengar
Dua yang membuat ku mendengus saat mendengar
Dua yang mengenalkan ku pada...perbandingan
Dua yang memperkenalkan aku dengan siapa yang lebih baik dan siapa yang lebih buruk
Dua yang menuntut aku dan mereka harus terlihat sama
Dua...
Dan kini aku terjebak didalamnya
Aku ingin memberontak
Tapi seolah sang empunya lilin sudah mendapatkan lampunya
Lalu aku ditutup dalam mangkok
Hingga mati tak ternilai
Aku jadi tak suka!!
Aku tak suka untuk terlihat sama
Aku tak ingin dibandingkan dengan siapa
Kamu, dia, mereka
Ah, dua
Aku benci angka dua