Jumat, 30 Januari 2015

"Karena sesuatu yang tidak terlihat lebih susah untuk dihargai."

"Karena sesuatu yang tidak terlihat lebih susah untuk dihargai." - lsy :3

kata-kata diatas adalah quote yang gue buat sendiri beberapa hari yang lalu haha keren kan B) ya tapi gak tau juga si kalo ternyata diluar sana udah ada yang pernah nyetusin--" tapi intinya, gue baru ngalamin itu.

pengalaman adalah guru terbaik. karena gak pernah ngasih PR kah? tentu bukan. atau karena dia gak pernah nuntut kita buat bangun pagi dan berseragam lengkap tiap harinya? tentu juga bukan. lalu apa alasannya? ....... silahkan tanya dan jawab dalam hati kalian masing-masing. :3

mata, merupakan salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada manusia yang sudah sangat sepatutnya disyukuri oleh si empunya. hati, bagaimana kita masih enggan bersyukur? karena hanya dengan hati itu lah kita bisa merasakan manis dan bahagia nya cinta orang tua kita, cinta teman-teman kita, cinta kakak-adik kita, cinta si dia.....*plak* oke, sorry-.-v dan juga cinta Allah yang tdak ada duanya. lalu otak, dimana kita bisa memikirkan, mengingat, menganalisis, membayangkan banyak hal yang mungkin turut bersumbangsih dalam kesuksesan dalam hidup kita saat ini.

dengan otak dan hati, kita diajarkan untuk memahami apa arti dari keseimbangan. keseimbangan dari kemampuan logika dan kekuatan perasaan. namun apa daya. sebagai manusia yang tidak tanpa cela, kadang kita melupakan apa makna dari keseimbangan itu. terkadang kita hanya menggunakan logika kita dan mengabaikan bagaimana perasaan lawan bicara kita. atau bisa juga sebaliknya. saat kita terlalu merasakan hingga tidak sadar bahwa kita dicampakkan dan melukai diri kita sendiri.

saat kita melihat seseorang melakukan sebuah kebaikan, maka kesan yang tercatat dalam benak kita adalah "wah, dia baik ya" dan begitu juga sebaliknya. jika ada orang yang terlihat malas dan hanya duduk saat yang lain tengah berpeluh ria, kesan yang tercatat adalah "ih, males banget sih tu orang". see?

tapi, apakah kita tau? apakah kita pernah berpikir? apakah kita pernah membayangkan bahwa mungkin saja apa yang sudah tercapai saat ini sebagian besar adalah berkat bantuan dia? apakah kita pernah berpikir bahwa apa yang kita lihat sekarang ini hanyalah hati-hati biasa yang menutupi hati-hati yang tulus? hati yang tulus yang justru enggan menunjukkan kebaikannya karena enggan di puji? karena enggan di perbincangkan kebaikannya? karena enggan dikenal di kehidupan dunia yang penuh kefanaan ini? karena dia hanya mengharapkan apa yang kekal. karena dia hanya mengharapkan apa yang dijanjikan Tuhannya. karena dia hanya mengharapkan kesederhanaan dimata-mata manusia tetapi berharap melakukan sesuatu yang begitu besar di mata Tuhannya? di mata Kekasih sejatinya?

ah, seharusnya aku tau bahwa tiada manusia tanpa cela. seharusnya aku ingat jika manusia terlahir dengan nafsu dalam dirinya. seharunya aku ingat jika kita hanya tercipta dari tanah. lalu kenapa? apakah itu yang mendorong kita untuk selalu menuntut "terlihat" didepan orang lain? apakah itu yang mendorong kita untuk selalu dikenal orang lain? diketahui orang lain? sampai dipuja-puja dan terus di elu-elukan dimana pun dan kapan pun?

.....................
 

Sabtu, 24 Januari 2015

Malam Sabtu (Bukan Putri-Evan-Asad)

uhuk, yey :D
hahaha cerita putri, asad, sama evannya di off dulu ya. soalnya sekarang gue mau "sedikit" mencurahkan isi hati gue nih hehe

bismillah...

setiap gue ngeliat dia, ga sengaja papasan sama dia, ngomong sama dia, atau melihat sesuatu yang memiliki hubungan sama dia, gue ngerasa...aneh. iya, aneh. saking anehnya gue ampe bingung jelasinnya gimana :v tapi ini serius!
yaaa pasti kalian pernah denger kan kalo kita ketemu orang yang di sukai akan terasa seperti ada seekor kupu-kupu yang lagi berterbangan di dalam perut kalian? ya, kurang lebih seperti itu.
cuma ngeliat doang padahal...tapi rasa itu selalu muncul. keinginan buat ngajak ngobrol pun gak mustahil muncul. tapi alhamdulillahnya, hijab + iman ini yang membentengi gue buat gak menyalurkan nafsu berwujud rasa penasaran itu secepatnya :')
gimana gue ngerasa pengen ngomong walaupun itu hal yang gak penting. ngebahas panjang-lebar sesuatu yang mungkin sebenernya gak perlu. saling bagi joke, dan lain-lain. dan kalian tau kan rasanya nahan perasaan itu tuh.......ugh. gak kuat gue buat ngejelasinnya-_-
dan tujuan gue nulis itu disini...pastinya bukan buat cari perhatian atau cari-cari simpati. tapi, gue cuma butuh tempat buat mencurahkan isi hati gue setelah Allah tentunya. "terus kenapa harus di blog? kan bisa dibaca orang-orang?" ya, gue juga tau keles-_- tapi tenang...blog gue sepi pengunjung kok paling juga yang baca cuma gue :D haha
*next*
gue gak mau terlalu banyak cerita ke orang. karna takutnya rasa ini malah makin gak terbendung (eak._.). LOL. ini bukan lebay tapi ya-_- ini beneran! terkadang beberapa respon seseorang bisa berpengaruh besar sama perasaan orang yang cerita tadi. selain itu, kalo gue cerita ke orang, secara gak langsung mindset gue makin yakin kalo gue itu ada rasa sama dia yang gue ceritain tadi. padahal, bisa aja kan rasa itu muncul kebetulan. maksudnya, ya kaya kebawa suasana waktu itu aja. jadi gue ngerasa kepedean (?) nge-fly (?) suka (?) dan sebagainya.
but sure...gue selalu bertekad buat ngilangin rasa ini:( tapi belom bisaaa--" kadang berhasil. tapi kalo udah ketemu orang nya lagi, rasa itu balik lagi. jadi berharap pengen ngobrol ama dia... becanda ama dia... bahas sesuatu ama dia..... *hushmakinngaconihharapannya-,,,-
hahaha iya iyaaa sorry :D tapi tenang...alhamdulillahnya harapan-harapan gue itu masih sebatas ngobrol doang kok. gak lebih. jangankan buat berduaan. buat bersentuhan aja udah gak mau ngebayangin :v ya intinya, insyaAllah angan-angan gue itu masih sebatas wajar......menurut gue :)
gue...juga selalu kok cerita ke Allah kalo emang udah di ambang batas gue pengen nyurahin perasaan itu. entah itu kangen, suka, ngarep...dan sebagainya :p haha gue jadi inget, dulu gue pernah deket ama seseorang. dekeeeeet banget. terus, kita jadi berjarak semenjak gue masuk IC. gak mustahil juga si. karna salah satu resiko sekolah asrama yaa komunikasi sama orang luarnya juga jadi terbatas. nah terus, saking kangen nya (iya, gue beneran kangen kangen kangen banget ama dia ampe gak kuat lagi nahannya :'v) gue curhat ke Allah :3 nanyain kabar dia, dimana dia sekarang, dan harapan-harapan gue kalo suatu hari nanti gue sama dia bakal ketemu :) hehe aamiin... mungkin agak alay ya--" tapi emang itu yang terjadi kok :'v perasaan ini kan salah satu nikmat dari Allah. maka, sebagai bentuk rasa syukurnya, ada baiknya kita menjaga biar perasaan ini tidak terlalu besar sampe ngalahin rasa cinta kita ke Allah :3 mungkin pada kenyataannya gue belom mampu bener-bener mencintai Allah, karena sulit baget vroh... tapi gue terus berusaha. lurusin niat, dan pastinya terus berdoa sama Allah buat dikasih petunjuk + ridho-Nya.
terakhir, gue gak tau ini perasaan tulus atau cuma kebawa suasana aja. tapi insyaAllah gue bakal jaga perasaan ini. gue jaga biar gak keceplosan sekarang. karena gue yakin, kalo itu bukan perasaan yang tulus, lama kelamaan pasti bakal hilang dimakan waktu :v dan itu berarti kita udah lulus dari salah satu cobaan hati yang pastinya ga sembarang orang bisa lewatin. yap, bismillah~ :))

ya, sekian curhatnya :D maap kalo lebay atau gaje X| belom jago rangkai kata + nyampain pendapat :D jadi ini sekalian belajar juga hehe

Selasa, 20 Januari 2015

Masih Merupakan Awal

   keesokan paginya.
  "hai evan." sapa putri dengan ceria. kebetulan pagi ini mereka tidak berangkat bersama lagi.
   "oh. hai."
  "eh? lu...kenapa? apa lu sakit?" tanya putri khawatir sambil memegang kening evan.
   evan langsung menjauhkan tangan putri dari keningnya sambil tersenyum pahit. "aku gak apa-apa kok. ada apa? muka kamu kok cerah banget kayanya?"
   "hehe keliatan banget ya?" tanya putri malu-malu dengan wajah yang sontak berubah merah.
   "emm...emang ada apa sih?" evan masih berpura-pura tidak tau.
   "eng...evan. kemaren gue..."
   "putri!"
   putri dan evan menengok ke sumber suara di belakang mereka. dan ternyata itu adalah suara... asad.
   "eh asad. kenapa?" tanya putri sambil tersenyum kikuk tapi menunduk.
   "gapapa hehe lagi luang gak? ikut aku yuk."
   "eh? kemana?"
   "ada deh. mangkanya ikut aku."
  putri terdiam sebentar. meskipun sudah resmi menjadi pacar asad, putri tidak mau menyakiti evan dengan meninggalkannya begitu saja. apalagi, evan belum tau kalau dia dan asad sudah berpacaran.
   mengetahui putri yang tidak kunjung merespon, evan langsung membalikkan badan sambil berkata, "pergi saja put. aku ada di perpus jika kau membutuhkanku." dan evan langsung pergi tanpa menengokkan kepalanya lagi ke arah putri.
   putri bingung. tidak biasanya evan bersikap seperti itu. jika sudah bertemu asad, evan biasanya langsung mengerti karena dia tau bahwa putri menyukai asad. tapi untuk hari ini, itu terlihat cukup ganjil dimata putri.
   "bagaimana tuan putri? sudah siap mengikuti hambamu ini?"
  selorohan asad membuat kesadaran putri kembali. wajahnya sontak langsung memerah. sambil mengulum senyum malu-malu putri pun mengangguk dan membiarkan asad menarik pelan tangan kanannya. dan, putri tak akan melupakan kebahagiaan ini.

***

   perpustakaan.
  perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan sekolah terbesar di Jakarta. peletakkan bukunya yang memenuhi tembok dan bilik-bilik yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menciptakan kesan luas yang alami membuat siswa-siswi nya tidak segan untuk menghabiskan waktu didalamnya. dari mulai yang ingin mengerjakan tugas, bersantai, membaca koran harian, atau googling. intinya, perpustakaan ini cukup sempurna.
  namun tidak hanya kesenangan. ternyata ada juga seseorang yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat pelariannya ketika ada masalah. dan dia adalah evan. kini dia tengah terduduk di bilik pojok ruang baca. memandang secara kosong buku yang ada di depannya. kejadiaan semalam dan bagaimana ekspresi putri tadi serta ajakan asad yang terlihat tidak sungkan membuat evan jengah berada di sini. dia merasa ingin membolos. tapi, karena teringat jika suatu waktu putri datang ke sini mencarinya untuk meminta bantuannya... ah aku lupa dia sudah punya asad...
   evan lalu hendak melangkah keluar perpustakaan ketika tiba-tiba dia melihat rena di antara buku-buku seni. karena masih merasa tidak enak telah membolos di rapat yang kedua, dia pun menghampiri rena. ya, evan membolos di rapat kedua ini setelah begitu terpukul karena mengetahui apa yang telah terjadi antara putri dan asad. oh, bukan mengetahui, lebih tepatnya...melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. setelah itu, dia benar-benar tidak memedulikan lingkungan sekitarnya dan hanya pergi mengikuti arah roda sepeda motor kesayangannya itu membawanya.
    "ren..." suara evan pelan. entah karena itu perpustakaan jadi dia tidak mau membuat pengunjung lain terganggu atau memang karena dia sudah tidak bersemangat untuk melanjutkan hari ini.
    "eh, evan. ada apa?" jawab rena pelan juga.
   melihat evan yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan justru hanya menatap kosong dirinya, rena pun langsung mengajak evan keluar dari perpustakaan dengan isyarat tangannya.
   menyadari itu, evan hanya mengekori rena yang kini telah membawanya ke taman sekolah.
   "kenapa, van? lo kaya kurang sehat gitu. apa lo sakit?" tanya rena khawatir.
  "gue...baik-baik aja kok." sudut bibir evan terangkat sedikit. "sorry gua bolos rapat lagi. waktu itu gue..."
   "van? ada apa?" tuntut rena kini sambil menatap langsung ke kedua mata evan. seolah mengatakan bahwa dia bersedia untuk membantunya apa pun yang terjadi.
   "aaaaaaaaarrrrrrgggghhhhh" geram evan cukup keras dan membuat rena kaget. tapi rena paham, mungkin sekarang evan tengah dalam keadaan yang tidak bagus. bisa karena nilai, pertemanan, dengan guru, atau mungkin dengan putri...
   "lo boleh cerita apa aja ke gue, van. kalo emang itu bikin lo mendingan."
  kini evan hanya memandangnya lagi. tatapan kosong. ugh...rena benci tatapan itu. seolah berkata bahwa kau-tahu-apa-tentang-aku.
   "gue..."
   rena menunggu. sungguh, ini untuk pertama kalinya evan akan bercerita sesuatu padanya. berbagi masalahnya...
   "rena!"
   dan...rena menghembuskan napas kesal.
   "siapa si?!" semprot rena kepada orang yang baru saja memanggilnya tadi.
   "weeet nyantai ren. gue cuma mau ngasih tau kalo lo dicariin sama pak karso. kayanya sih tentang pensi sekolah 10 hari lagi itu. dan kayanya penting. cepet datengin gih. gaenak kan kalo ngebiarin beliau nunggu." kata rico.
   evan hanya terdiam. seolah sebelumnya memang tidak terjadi apa-apa. rena mencoba membaca ekspresi tersebut. namun evan seperti memang menutupi semuanya. semua keresahan di wajahnya tadi.
   "emm...oke. thanks ya ric. sorry juga tadi ngebentak hehe." rena pasang tablo.
   "yeah, nyantai aja." kata rico sambil tersenyum tersipu. wait? tersipu. ckck

***

   setengah jam berlalu.
  oke, urusan dengan pak karso memang tidak selalu mudah. pasti dibutuhkan skill ngeles dan alibi tingkat dewa untuk membuat beliau percaya kepada kalian. maka dari itu, pertemuan rena dan pak karso tersebut sudah cukup menyita waktu rena yang seharusnya dia habiskan bersama evan. oh ya...dimana ya evan? batin rena.
  rena mencoba melihat ke perpustakaan, tetapi dia tidak menemukannya. mungkin taman? sama. tidak ada dia disana. kelas! ya, itu adalah tempat terakhir evan untuk singgah. tapi, benar saja. apa yang rena takutkan benar terjadi. sekarang ini evan sudah bersama putri. duduk bersama di dua bangku yang saling bersebelahan. terlihat sedang membicarakan sesuatu. yang cewe berbunga-bunga tetapi yang cowo tak terlihat ekspresinya karena membelakangi rena. hhh...evan. apa lo sekarang lagi menumpahkan semua uneg-uneg yang mau lo ceritain ke gue sama putri dan ngelupain gue?

***

   "gitu van. gimana menurut kamu?"
   "put, kamu udah dewasa. aku tau pasti kamu udah pertimbangin baik-baik semua hal yang kamu pilih. jadi, jalanin aja apa yang udah kamu pilih. tapi, tetep jaga diri juga ya." kata evan tulus sambil membelai pelan rambut putri. entah kenapa. tapi dia ingin sekali membelai rambut itu... dan memiliki sang empunya. tapi apa daya. gadis yang tengah dia belai rambutnya tersebut baru saja menceritakan kisah cinta romantis bersama laki-laki yang disukainya.
   "makasi van. aku gatau kamu bisa sebijak itu." kata putri lega sambil tersenyum pada evan.
    manis...
   "nah, karna elo udah jadian. berarti lo harus traktir gue!"
   "ha? traktir apaan?"
   "pj! pajak jadian. haha oke? warung bu susi pulang sekolah. daaah putri jelek. weee..." evan meninggalkan putri yang masih memasang wajah polos dan tak mengerti apa yang baru saja evan katakan. tapi, setelah pungung evan menghilang di belokan lorong tersebut putri baru sadar dan mengerti apa yang evan maksud.
   "van...gue gak ada duit..." kata putri pelan yang lebih tepatnya dia tujukan untuk dirinya sendiri.
  "evaaaaaaaaaaaan dengerin gue duluuuuuuuuu............" putri pun berlari mengejar evan untuk mengatakan kalo dia tidak punya uang untuk menraktir dia. jangankan bu susi, untuk membeli air mineral saja dia sepertinya tidak bisa-_-

   namun, tanpa disadari. tepatnya dibalik pohon rindang tempat evan dan putri berbincang barusan. seseorang sudah berdiri disana cukup lama. ya, cukup lama untuk mendengar semua pembicaraan mereka. dan, dia merasa cukup bahagia mengetahui semuanya. seutas senyum lebar terus menggantung di wajahnya. dipadukan dengan tampang yang cukup ganteng dan keren, penampilannya sudah mirip artis ngetop masa kini. dan pemiliki senyum lebar itu adalah, asad.

***

Jumat, 16 Januari 2015

Malam Bahagia Bagi Putri

   Malam ini sudah menunjukkan pukul 21.00. namun, si cantik putri belum juga mampu memejamkan matanya. wajahnya terus saja menggambarkan rona bahagia. kejadian sore tadi. semua kejadian itu membuat dia semakin merasa bahagia dan berharap matahari untuk tidak tenggelam pada sore ini. tetap menggantung di senjanya. tetap menjadi saksi bisu diantara keduanya.
   ya, sore tadi putri pulang bersama asad. gaya menyetir asad yang santai dan tidak sembrono itu membuat putri menikmati setiap detik bersamanya. asad pun seolah-olah tidak pernah kehabisan bahan obrolan pada saat itu. jika tidak membuat putri tertawa, ada saja kata-katanya yang membuat dia sampai harus berfikir keras. seperti sore tadi saat keduanya telah sampai di warung bu susi dan menunggu pesanan mereka siap.
  "oiya, put, kamu gak ngerasa kesepian apa tiba-tiba kehilangan sosok evan gini?" tanya asad tiba-tiba.
   "eh? maksud kamu?"
   "ya kan, tiap harinya kamu sama evan udah kaya amplop ama perangko. nempeeel terus. tapi sekarang dia jadi panitia acara dan sibuk rapat sana-sini. apa kamu gak ngerasa kesepian karna hal itu?"
   putri tak langsung menjawab. dia sedang berfikir. merasa kesepian tidak, karena tentu saat ini dia sedang bersama asad, cowo yang dia kagumi secara diam-diam. tapi melewati sore hari tanpa candaan dan tawa evan tentu semuanya menjadi terasa sepi. sorakannya yang memekakkan telinga, kata-katanya yang asal, tingkah lakunya yang acuh tak acuh... namun tak lupa juga akan sikap melindungi nya yang dia rasakan tiap berada di sisi evan. dia selalu merasa aman. entah apa sebabnya. tapi yg pasti, walau hanya terpisah seperti ini tentu itu sesuatu yang amat besar bagi putri.
   asad memperhatikan putri. dia tahu benar bahwa cewe di sampingnya itu tengah merasa kesepian. namun bingung bagaimana mau mengakuinya karena khawatir disangka memiliki rasa pada evan.
   "kalo iya, gapapa kok put." tebak asad langsung.
  "eh?" putri kaget. sontak rona wajahnya memerah dan dia langsung menunduk karena takut asad menyadari itu.
   "maksud aku, kalo emang kamu ngerasa kesepian gini. kamu gak usah takut buat ngakuin. siapa tau, dengan kamu jujur bisa bikin orang yang mau temenin kamu jadi lebih relaks karena satpam yang biasanya jagain kamu lagi gak ada. hehe." seloroh asad untuk menghilangkan kegrogian putri yang tentunya berhasil membuat senyum terukir di bibir putri.
   "apa si, sad? aku biasa aja kok. ya...namanya udah terbiasa bareng kalo kepisah gini pasti ada kan rasa kesepiannya. tapi kan, temen-temen di kelas sama di sekolah banyak. jadi, banyak juga yang nemenin aku kaya kamu gini." jawab putri sambil tersenyum.
   "jadi, aku sama kaya temen-temen yang laen ya?"
   "yap!" jawab putri yakin.
   "ohh...padahal aku udah berharap lebih dari sekedar itu lho."
 deg! jantung putri tiba-tiba terasa mencelos dari tempatnya. setelah mendengar kata-kata asad tadi, putri mengerti maksud itu. namun dia tidak mau besar kepala sebelum mendapat pernyataan yang lebih jelas dari asad tentang kata-katanya tadi. jadilah putri memasang tampang bingung yang kemudian diikuti kata-kata, "maksud kamu?"
  asad hanya menatap putri. begitu lembut. begitu dalam. putri sendiri bingung harus bersikap seperti apa. namun dia merasa tidak dapat mengalihkan pandangannya dari asad. karena asad seperti hendak menyampaikan sesuatu padanya.
   "put, sebenernya..." asad kembali menarik napas. well, apa yang akan dia lakukan saat ini tentunya sangat tidak mudah. terlalu banyak pikiran negatif yang berkelebat dalam pikirannya membuat rencananya malam itu menjadi terhambat. namun putri masih menunggu. itu berarti dia harus menyelesaikan kata-katanya saat itu juga. "aku gak tau aku mulai ngerasain ini sejak kapan. tapi, kalo liat kamu sama evan..." asad berhenti sejenak untuk menarik napas lagi. oke, keadaan di warung bu susi ini terasa seperti dalam kadar oksigen yang sangat rendah. "aku selalu berharap kalo aku lah yang ada di posisi evan. pulang bareng kamu. bikin kamu ketawa. ngeledekin kamu tanpa takut kamu marah atau terluka."
   asad diam. putri tetap menunggu.
   masih menunggu, tetapi asad tak kunjung bicara.
   "jadi?" tanya putri dengan suara yang begitu perlahan untuk menarik asad agar melanjutkan kata-katanya.
  asad memantapkan niatnya lagi dalam hati. satu.. dua.. tiga.. "aku suka sama kamu put. kamu mau gak jadi pacar aku?"
  deg (lagi) jantung putri di buat loncat dari tempat yang seharusnya. kini putri tidak tau bagaimana lagi tampangnya tapi yang pasti dia sangat syok dan tidak siap dengan pernyataan ini.
  tapi, asad tidak. dari kesulitannya dalam berkata-kata tadi, putri melihat ketakutan dalam mata asad. ketakutan akan dilukai. maka dari itu, putri akan terus meyakinkan dirinya bahwa apa pun yang terjadi, dia harus selalu siap.
   lima menit berlalu tanpa suara dari keduanya. putri masih meyakinkan diri, dan asad pun masih menenangkan diri setelah pengakuannya tadi. dia tak tau kenapa tapi dia merasa sangat gugup tadi. mungkin karena yang dia hadapi adalah putri, gadis istimewa dihatinya, jadinya seperti ini.
   pesanan telah tersedia. mereka makan, selesai dengan semua pesanannya, kemudian mereka pulang. di sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara satu pun. putri masih meyakinkan diri. asad sudah agak tenang tapi dia juga tidak akan mendesak putri untuk menjawabnya.
   tiba di depan gerbang rumah putri. mereka berdua turun dan asad mengantar putri sampai teras rumahnya.
   "makasih ya buat sore ini." kata asad tulus.
   putri masih tak mampu bersuara dan tetap menundukkan wajahnya di depan asad.
   "oke, kalo gitu aku pulang dulu ya. good night." kata asad lagi.
  namun, ketika asad sudah berbalik dan hendak melangkahkan langkah pertamanya, dia merasa ada yang menarik lembut pergelangan tangan kirinya. asad berbalik untuk memastikan siapa yang menahannya. namun dia agak terkejut. setelah bertanya dengan kening yang berkerut dan hendak mengucapkan "ada apa", putri langsung mendekatinya dan memeluknya dengan erat.
  putri tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat. namun setelah menyadari asad yang tidak kunjung bereaksi, putri pun mengucapkan sesuatu dengan suara yang pelan, "tolong jaga aku baik-baik ya."
   ya. hanya itu. hanya itu yang putri ucapkan dan asad mengerti bahwa putri menerimanya. seribu bunga bermekaran dalam hati asad. dia hanya membalas pelukan putri dengan mengelus sayang kepala kekasihnya itu.  kini satu pasangan lagi telah resmi pada malam ini. malam yang tenang. malam yang sunyi. dan malam yang begitu berarti bagi dua insan yang kini masih berpelukan untuk menyampaikan rasa sayang satu sama lain.
   dan benar saja, disetiap pertunjukkan di panggung sandiwara ini pasti ada penonton yang memperhatikan adegan tersebut dengan sesama. dan dia adalah... evan.