Kamis, 25 September 2014

"Pidato" Review - Bung Karno, Berilah Isi Kepada Hidupmu



"Benar, selama 350 tahun Indonesia memang telah memberikan darahnya bagi hidupnya bangsa lain. Penjajah menjadi gemuk, kita menjadi kurus-kering. Di luar dugaan mereka, rakyat yang kurus-kering ini, – rakyat yang mereka sebutkan “het zachtste volk der aarde ” , “rakyat yang paling lemah-lembut di dunia”, rakyat yang begitu lama mereka tunggangi namun toh menurut saja, rakyat yang begitu sering mereka labrak dengan pecut namun toh tidak melawan -, di luar dugaan mereka, rakyat kurus kering ini bangkit berdiri serentak sambil berkata: ”Stop! Sampai di sini, – kita merdeka, kita tidak mau dijajah lagi!”

Berilah Isi Kepada Hidupmu - Kutipan salah satu  pidato mengagumkan Bung Karno yang beliau bacakan pada HUT RI ke-11 di Jakarta.


Pidato ini merupakan salah satu dari sekian pidato Bung Karno yang berhasil saya temukan di internet. Cukup sulit memang, tapi untunglah pada akhirnya tulisan ini dapat saya buat.
Well, pidato ini menarik perhatian saya. Pada awal pidato, Bung Karno memberikan kesan awal yang berbeda dibandingkan pembukaan-pembukaan pidato yang saya tahu pada umumnya. Pesan yang disampaikan pun menurut saya begitu dalam. Penggambaran amat cantik nan dalam betapa hebatnya, betapa kuatnya, dan betapa dahsyatnya rakyat Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia membuat saya tertegun saat membacanya. Bagaimana Bung Karno tidak hanya sekedar memberi pidato, tetapi juga menguatkan dan menegaskan bahwa apa yang telah rakyat Indonesia perjuangkan untuk Indonesia selama ini tidak akan sia-sia.

Disela-sela pidatonya pun, Bung Karno tidak segan menyampur baur kan bahasa asing yang dia kuasai. Yang dimana menurut saya semakin bertambah menarik penyampaian pidato ini dan membuat pendengar memberi perhatian lebih karena ada rasa "penasaran" dengan arti dari bahasa asing itu.

Kata-kata pengunggah semangat di awal pidato saya rasa berhasil sangat sukses dalam menyedot perhatian para pendengar dengan sempurna. Ketika membacanya pun saya sebenarnya agak merasa enggan dengan gangguan di kanan-kiri saya. Tapi apa mau dikata, kali ini saya bukan sedang mendengarkan presiden RI yang berpidato sehingga tak seorang pun boleh mengganggu saya. Namun pada akhirnya saya katakan, ya saya sedang membaca pidato presiden kebanggaan bangsa Indonesia.

Dalam pidato ini, Bung Karno tidak hanya mengambil satu pokok bahasan dalam pidatonya. Tergantung dengan “topik yang lagi ngehits” kalo kata saya. Dimulai dari pembatalan KMB, panca dharma, pemilihan umum, pembahasan pembebasan Irian Barat, hubungan pusat daerah, dan sebagainya yang menurut saya merupakan salah satu cara beliau dalam mempertahankan perhatian pendengar.

Best quotes:
"Ya, Agustus 1945; Republik Indonesia pada waktu itu dalam pandangan dunia satu pertanyaan, satu question-mark; dalam pandangan Belanda satu umpan-ganyangan yang akan dapat digaglak lagi dalam beberapa hari atau beberapa pekan. Sekarang Agustus 1956: Republik Indonesia dalam pandangan dunia satu potensi berharga dalam susunan inter-nasional, dalam pandangan Belanda satu “taaie kost”, satu “makanan alot”, yang tak dapat digaglak begitu saja! Ya, katakanlah keuangan Indonesia belum beres, katakanlah produksi belum maju, katakanlah administrasi belum sempurna, katakanlah pendidikan belum teratur, katakan, katakan apa saja yang orang mau katakan, tetapi toh, 80.000.000 rakyat Indonesia pada saat ini merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaannya yang kesebelas, Hari Ulang Tahun Republik dalam Dasa-Warsa yang kedua!

I love that word :)

Next quote:
"Siapa itu puluhan juta manusia yang berduyun-duyun tempo hari ke tempat-tempat pemungutan suara dalam pemilihan-umum? Siapa itu laki-laki yang antri di sinar matahari, siapa itu wanita yang menggendong anak? Mereka adalah si Tani, dan di muka mereka berdiri pula si Tani. Dan di belakang mereka juga si Tani. Mereka datang mengeluarkan suaranya tentu dengan harapan di dalam kalbunya, bukan untuk sekadar “memilih” saja. Harapan mereka itu, dalam Negara kita ini, harus segera dipenuhi. Indonesia sekarang bukan lagi Indonesia jajahan. Indonesia sekarang adalah Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat, dan, Indonesia sekarang adalah Indonesia yang demokratis, Indonesia yang berkerakyatan. Alangkah baiknya jika Parlemen kita sekarang … bukan hanya parlemen.. Semua kita, baik Parlemen, maupun Pemerintah, maupun partai-partai."


itulah sedikit ulasan tentang pidato Bung Karno yang berhasil saya temui. Tak terbaca semua karena sangat-sangat-amat-panjang dan kurang-saya-mengerti :)

well sekian dari saya. Terima kasih. Thank you. Syukron!!:D


Dengan bicara saja kita tak dapat membangun Negara dan Masyarakat.
"Met praten alleen bouwt men geen land!"

Special thank for: http://strez.wordpress.com/buku-blog-gratis-anticopyright/dibawah-bendera-revolusi-2/dibawah-bendera-revolusi/rahasia/berilah-isi-kepada-hidupmu/ ;))