Minggu, 07 Desember 2014

Panitia Pensi???

   keesokan harinya.
   "putri..."
   "iya. eh, evan. masuk dulu, van."
   "oke, makasi."
   "gimana keadaan lo?" tanya evan sambil memegang kening putri sekilas.
   "eh? alhamdulillah baik-baik aja kok. semalem gue udah minum obat dan istirahat cukup. jadi, sekarang badan gue udah fit lagi deh. hehe" balas putri sambil tersenyum manis ke arah evan.
   "oh... bagus deh kalo gitu. emm... oh iya, put. kemaren ternyata asad sadar sama kondisi lo yang nggak fit. tapi, gara-gara takut ganggu istirahat lo jadinya dia sms gue semalem dan nanyain keadaan lo. terus dia juga nitip salam buat lo, sorry gak bisa kasih tumpangan kemaren. soalnya dia lagi buru-buru, gitu." jelas evan panjang lebar sambil melihat ke arah dapur. kenapa dapur? -_- soalnya dia gak berani buat liat langsung tampang putri waktu itu.
   "put? lo dengerin gue kan?" masih menghadap ke dapur. "put? PUT???" seru evan sekali lagi sambil membalikkan badan. daaaan wak waaaw dilihatnya putri sedang shock tingkat dewa dengan ekspresi yang sulit di jelaskan dengan kata-kata. mulutnya terbuka lebar buanget! evan yang udah nyangka kejadiannya bakal kaya gini cuma bisa menghela napas.
   "e.. elo.. se.. serius kan, van? dia ngomong gitu?!" tanya putri.
   "iya." jawab evan malas-malasan.
   "yippie.... aaaakkk... gue tau kok saat ini bakal dateng juga. uh...makasi buat infonya evan. lo emang sahabat gue yang paling cakep sedunia!" seru putri kegirangan sambil berlenggak-lenggok memutari evan.
   "yaiyalah, paling cakep! orang sahabat lu cuma gue!" jawab evan ketus.
   "oiya ya? hehe yaudah, maap deh. tapi intinya lo emang orang terbaik yang pernah gue kenal."
   "emm... gue pengen beli ke eleven-seven nih, lu mau nemenin gue gak?" jawab evan mengalihkan pembicaraan.
   "eh? kayanya nggak deh, van. gue masih pengen istirahat dirumah." jawab putri pelan karena merasa tidak enak.
   "oh gitu. yaudah, gue jalan dulu. hati-hati ya. lo cuma sendirian kan disini?"
   "iya. gue bakal jaga diri dan kunci semua pintu dengan rapat kok."
   "well, see ya!"
   "bye." balas putri sambil melepas kepergian evan dengan senyum khasnya.
   aaaaaaaarrrrrrrrrggggggghhhhh!!!! tinju evan mengenai tembok luar rumah putri begitu keras dan menyakitkan. namun tetap saja, tidak ada yang mampu menandingi sakit di hatinya saat ini.

***

   "put... put... si rena nawarin gue jadi panitia nih."
   "eh? rena yang anak seni itu?"
  "iya. dia katanya mau ngadain pensi kecil-kecilan buat sekolah kita gitu. nah, jadinya dia minta tolong gue deh buat jadi salah satu panitianya."
   "oh ya? panitia apa emang?"
   "emm... bagian acara katanya si."
   "wow! bagian acara? gila. itu kan bagian yang keren banget, van. sumpah, lo harus total banget buat acara ini biar lo gak ngecewain rena yang percaya ama lo."
   "eh? tapi tugas ini berarti bakal menyita waktu gue banyak, put. termasuk buat pulang-pergi bareng lo."
   "ha? emang iya ya?"
   "iyalah. kan pasti butuh banyak kordinasi ke berbagai pihak dan rapat ini itu buat konsep acara. menurut lo gimana? perlu gue terima?"
   putri terdiam dan menunduk.
   nah, kayanya nih anak agak mempertimbangkan kalo bakal balik sendirian tanpa gue dan ngeliat gue bakal lebih sering berurusan sama rena deh. hihihi putri.. putri.. gue gak bakal berpa...
   "lo boleh terima kok!" jawab putri.
   "HE?"
   "iya. kenapa kaget gitu? pasti rena seneng bisa dibantuin kamu. lagian kamu lumayan kreatif dan seru kok van buat ngatur acara-acara kaya gini. hehe" jawab putri pelan sambil menampakkan ekspresi yang tenang luar biasa. dan evan hanya bisa bengong.
   "eh! kenapa bengong? cepet gih samperin lagi renanya. kasian kan kalo dia sampe kelamaan nunggu."
   "elo... elo serius ngebolehin gue ikut ini? nanti berarti kita jarang pulang bareng lho."
   "iya, gapapa. kalo lo seneng gue juga ikut seneng kok. hehe."
   put.. put... lo gak tau ya kalo gue pengen banget lo larang ikut panitia ini. gue pengen lo sedikit membatasi ruang gerak gue sama orang lain.
   "oh iya, van. aku mau ke perpustakaan dulu ya. ada buku yang harus aku pinjem buat bacaan selama weekend ini. aku duluan ya. inget! jangan lupa bilang ke rena kalo kamu terima tawaran itu." kata putri sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan mejanya.
   "oke." jawab evan lesu.

***

   kring... kring... kring...

   "sorry, ada evan?" terdengar suara dari arah pintu yang menarik perhatian anak-anak kelas XII 2.
   "eh, rena. ada noh. masuk aja." kata rico, ketua kelas XII 2.
   "boleh masuk nih? gue tunggu diluar aja deh. tapi tolong sampein kalo gue tungguin dia ya."
   "oh. sip deh."
   rico pun berjalan ke arah bangku belakang tempat evan merapikan tasnya.
   "van..."
   "iya, gue tau." potong evan dengan nada jutek.
   "yeee...dibantuin malah galak. nyesel gua!"
   evan pun tak banyak bicara dan langsung melenggang pergi meninggalkan rico dan teman-teman yang lain dengan isi pikiran yang sama. kenapa evan?

***

   pulang sekolah ini, putri benar-benar pulang sendirian. evan yang biasanya selalu menemaninya kini sudah mulai sibuk rapat pensi yang akan diadakan kurang lebih dua minggu lagi. karena merasa kesepian, putri pun tidak fokus melihat ke jalan dan secara tidak sengaja menabrak seseorang.
   "eh? sorry. sorry." kata orang tersebut.
  "eh, iya. gapapa kok. seharusnya aku yang minta maaf. soalnya..." penjelasan putri pun terhenti seketika setelah melihat siapa yang barusan dia tabrak.
   "eh, putri?"
  "iya, sad. sorry, aku nggak sengaja." kata putri pelan. mendadak saja wajahnya menjadi merah padam.
   "gapapa. tumben sendirian. evan mana?"
   "dia lagi sibuk jadi panitia pensi. persiapin pensi sekolah bareng rena. jadi sekarang dia lagi rapat ini itu deh di ruang osis."
   "oh gitu. jadi kamu pulang sendiri nih? waah, bahaya loh kalo cewek pulang sendirian jalan kaki gini. mau bareng?"
   "ah? se.. seriusan van?"
  "iya, seratus rius malah. hehe" jawab asad ringan dengan senyum manis diwajahnya.
  "eh...tapi kan rumah kita nggak searah, sad. kemaren kita kebetulan ketemu karena aku sama evan mau ke warung bu susi."
   "oh iya, warung bu susi! mau coba mampir dulu kesana nggak?"
   "eh??" putri tambah bingung.
   "tenang aja. ntar aku yang traktir."
   putri diam. bukan. bukan karena di malas berbicara lebih lanjut dengan asad. tetapi, jantungnya sudah berdegub kencang sedari tadi dan kakinya pun terasa lemas. ajakan itu terdengar seperti mimpi di telinga putri.
   "gimana, put?" tanya asad lagi yang mulai tak sabar. "hmm...biasanya kata orang-orang kalo seorang gadis diam itu berarti tandanya iya. nih." kata asad sambil memberikan helm khusus penumpangnya kepada putri.
   "eh? boleh deh kalo gitu." putri menerima helm itu sambil tersenyum.
   setelah memakainya dengan baik, dia pun naik ke atas motor asad dan mereka langsung melaju ke warung bu susi.
   namun tak disangka. sebenarnya dari tadi evan telah membuntuti putri dari ruang kelasnya. melihat semuanya dan mendengar semua pembicaraan antara putri dan asad.
   dia tidak mengikuti rapat persiapan pensi sekolah di ruang osis. bukan, bukan karena dia izin sakit atau semacamnya. tapi dia khawatir kalo membiarkan putri pulang seorang diri akan terjadi apa-apa dengan putrinya yang cantik itu. jadi, dia meninggalkan rapat tersebut secara ilegal. namun sayang, saat dirinya mau memanggil putri, asad sudah duluan berbicara dengan putri. dan evan tau kalo dia muncul sekarang hanya akan menghancurkan saat bahagia putri.
   baru saja evan akan melanjutkan perjalanan, tiba-tiba sesorang menepuk pelan pundaknya. karena kaget, evan pun berteriak yang membuat orang tadi ikutan kaget dan kemudian keduanya berteriak bersama-sama.
   "aakkk..."
   "aakkk..."
   "loh, evan?"
   "eh, rena."
   "lo kemana aja tadi? gue udah nyariin elu kemana-mana sebelom rapat."
   "sorry ren, gue gak bermaksud ninggalin tugas. cuma gue..."
   "gue paham kok van."
   "eh?"
  "pasti gak segampang itu kan ngelepas putri balik sendirian begitu aja." kata rena pelan sambil menunduk. "mangkanya tadi lo kabur dan buntutin putri buat tau apa dia baik-baik aja atau nggak. hehe" kata rena lagi kini sambil tersenyum ke arah evan.
   evan menghela napas berat.
   "iya, ren. sorry banget ya." kata evan benar-benar menyesal.
   "iya. nyantai aja si. gak usah minta maaf terus. udah kaya suasana lebaran aja. haha. eh, udah sore banget nih, gue balik dulu ya. tar keburu malem gue nyampe rumahnya. bye." kata rena sambil berjalan berbalik arah.
   "eh, ren?"
  "ya?" jawab rena yang menengok lagi ke arah evan setelah berjalan beberapa langkah.
   "rumah lo dimana?"
   "di daerah palung."
   "palung? buset jauh banget itu mah. lo yakin masih ada kendaraan umum jam segini?"
   "ya...nggak yakin-yakin banget si. tapikan kita gak bakal tau ada kendaraan atau nggak kalo kita nggak nyoba." kata rena masih sambil tersenyum.
   "kalo gitu, gue anterin lo deh."
   "eh? seriusan nih? ntar ngerepotin lo lagi. lagian kita beda arah dan ini udah sore banget."
   "gapapa. anggap aja sebagai bentuk permintaan maaf gue. lagian ortu gue juga pasti bakal paham kalo gue pulang malem gara-gara gak tega ngebiarin cewek pulang sendiri ke rumahnya waktu sore gini. gimana?"
   "eh? boleh kalo gitu."
  rena dan evan pun kembali ke parkiran untuk mengambil motor evan. selama perjalanan, rena tak kuasa untuk menyembunyikan senyum bahagia di wajahnya. baginya, saat itu adalah saat terindah dihidupnya yang tak akan pernah dia lupakan.

***

Sabtu, 06 Desember 2014

Aku, Kamu, dan Sebotol Minuman

   kring... kring... kring...

   "yeaaay... akhirnya pulang juga. yok, Put! kita ke masjid!"
   "oke deh, tapi gue beres-beresin barang gue dulu yak."
   "cepetan tapi. kayanya langit mendung pengen ujan deh."
   "iya.. iya.."
  Putri pun mempercepat geraknya. setelah memasukkan semua barang-barang bawaannya kedalam tas, dia langsung melesat keluar gedung sekolah untuk menyusul Evan yang sudah menunggunya diluar gerbang.
   "nah, ayok!"
   "he'eh" angguk putri sambil lalu.

***

   "nah, mau kemana nih kita sekarang?" tanya putri setelah mereka sholat jama'ah di masjid sekolah.
   "eng... gak tau yak. tapi gue pengen beli sesuatu nih."
   "beli apaan?"
   "ini lho. persediaan bubur carelak gue abis."
   "jiaaah... ternyata bubur bayi. gue kira apaan. terus gimana? lo mau beli sekarang?"
   "emm... tapi dimana ya? masih pake baju sekolah nih. geraaah."
   "iya juga sih. yaudah, jadi mau balik dulu nih?"
   "iya deh. lah, tapi, emang elu mau ngapain juga, put?"
  "ya... gue pengen nganterin lu aja. hehe lagian, gue bosen kalo balik sekarang dan gak ngapa-ngapain di rumah." jawab putri sambil melihat ke langit yang mulai menjatuhkan tetes-tetes airnya.
   "oh gitu. yaudah deh. yok! keburu deres ujannya."
   "he'eh" angguk putri lagi.

***

   "putri... put... gue duluan ya."
   "eh, evan. yah... kenapa nggak bareng gue aja?"
  "ada abang gue di rumah. dan kata bonyok gue, mending gue di anter aja dari pada jalan. lebih cepet dan biar abang gue yang anti matahari itu seenggaknya kena matahari walopun cuma 5 menit." jawab evan sambil menunjukkan 5 jari tangan kanannya.
   "hahaha dasar! ada-ada aja. yaudah gapapa deh kalo gitu."
  "oke, jangan kangen aku yaaaah. byeeee." saut evan sambil berjalan menjauh dan melayangkan kiss bye tulusnya ke putri.
   "huweeeek" ledek putri sambil berpura-pura mual karenanya.

***

   keesokan harinya.
   "hey, put. gimana kemaren? lo nggak nangis meraung-raung gara-gara gua gak jadi pergi bareng lo, kan?"
   "apa? gue gak salah denger, van? ya lebih, laaah. gue ampe pengen gila gara-gara lo tinggalin gue sama kiss bye menjijikkan lo itu, tau?"
   "hahaha. dasar putri manja..." jawab evan sambil mencoret-coret buku mtk putri yang sedang dia pelajari di atas meja.
   "ih... apaan si! rese tau, gak!" sewot putri sambil beranjak pergi bersama buku-bukunya keluar kelas.
   tanpa disadari, seutas senyum tengah menghiasi wajah evan.

***

   kring... kring... kring...

   "putri cantik... masih ngambek ya sama pangeran?"
   putri hanya diam.
   "ya ampun. cuma gara-gara di coret doang bukunya sampe se-marah ini? oke, gue harus ngapain deh biar lo mau ngomong sama gue lagi."
   putri tetap diam.
   "put.. put.. PUT!!!"
   "apaan si?!"
   "gue tuh dari tadi ngomong sama elu. elu kenapa si diemin gue gini?"
   "biar lo tuh tau rasa! lagian jadi orang ngeselin banget! tau gak, buku itu tuh aku jaga sepenuh hati. eh seenak jidat kamu aja malah maen corat-coret sana sini. emang kamu kira, belinya pake daon apa yang bisa tinggal ngambil di pohon pinggir jalan. lagian ya, seharusnya kamu tuh.... "
  evan menunggu. ya gini nih si putri kalo udah ngambek. pas ditanyain baik-baik, malah diem. harus dikerasin emang. tapi giliran udah dikerasin, beeeeeh...nyerocosnya panjang lebar banget udah kaya kereta.
   "oke, fine. aku minta maaf. aku bisa apa deh biar kamu nggak marah lagi ke aku?"
   "rubah sifat kamu yang suka coret-coret buku orang sembarangan!"
   "iya.. iya... insyaAllah aku janji gak bakal iseng coret-coret buku kamu lagi. kecuali kalo khilaf. hehe"
   "ih... tuhkan masih gak serius!!! bodo, gak mau aku maafin!!"
  "adududuuuuh... iya, iya, putri yang cantik nan manis nan jelita... maafin pangeran yang iseng ini ya. pangeran janji deh, gak iseng lagi. tanpa kecuali!! suwer!" seru evan sambil mengacung kan jari telunjuk dan jari tengahnya sambil senyum lebar.
   "hmm... okey. permintaan maaf diterima!" jawab putri sambil mengedipkan sebelah matanya.
   cantik.
  "nah, gitu dong. yaudah, sebagai bukti kalo gue bener-bener menyesal, pulang sekolah gue traktir di warung bu susi deh. dan lo boleh pesen apaaa aja yang lo mau disana. gimana?"
   "hah? bener nih? asyik... okesip! cuss~"
   "heeey putri cantik... jadwal pulang sekolah masih lima jam lagi tuh. emang kalo sekarang kamu mau kemana putri nan cantik dan manis dan jelita???" seru evan sambil menarik pelan tas punggung putri.
   "eh? pulang sekolah yak? hehe gue kira sekarang." alasan putri sambil tersenyum polos ke arah evan yang masih memegangi tasnya.
   manis.
   "huh.. dasar makan mulu yang dipikirin! gendut lho entar."
   "nggak bakal. lagian, kalo pun gendut juga gapapa kok. pasti lucu." jawab putri sambil menerawang ke langit-langit kelasnya dan terkekeh ringan.
   "wooooo..." dan sebuah bantal kecil melayang ke wajah putri.

***

   kring... kring... kring...

   "yippie... it's time for bu susi!!! yeaaah~" sorak putri dengan begitu semangat setelah bel berbunyi dan pak guru meninggalkan ruang kelas.
   "eh kenapa lo put? semangat bener denger bel balik doang?" tanya vira, teman sebangku putri.
   "iya dong. soalnya gue pengen jajan sepuasnya nih!" jawab putri dengan tambah bersemangat.
   "waaah... jajan sepuasnya? ko bisa? gue ngikut dong kalo gitu..."
   "eh? emm..."
   "ayo, put! keburu ujan loh entar!" teriak evan dari luar pintu kelas.
   "oalaaah... sama pangeran lo itu toh. yaudah, gak jadi ngikut deh gua."
   "yaaah... kenapa nggak jadi, vir?" tanya putri lesu dan merasa tidak enak.
   "nggak apa-apa. haha. nyantai aja. gue biasa aja ko. cuma gua gak mau aja jadi obat nyamuk diantara kalian berdua entar selama disono. hehe udah ya. gue balik. byeee"
   "he? apanya yang jadi obat nyamuk??? ih... vira gaje deh." balas putri sambil memanyunkan bibirnya satu senti ke arah punggung vira yang menjauh.
   "heh, putri manja! ayo. ditungguin malah manyun-manyun sendirian didalem kelas. eh? lo gak kambuh lagi kan?" tanya evan.
   "ha? kambuh apa maksud lo?"
   "kambuh lagi gilanya. weeek. hahaha"
   "ih... nggak evan nggak vira, dua-duanya gaje semua! nyebelin!!! awas kamu ya, vaaan." seru putri sambil mengerjar evan yang sudah melaju jauh ke arah gerbang.

***

   hosh..hosh..hosh

   "ternyata capek juga ya lari-larian sepulang sekolah gini. udah laper, keringetan lagi! ih... bete!!!" eluh putri di sepanjang jalan menuju warung bu susi.

   "ya lagian elu si, pake ngejar-ngejar gua segala. gua tau lo ngefans ama gue. tapi seenggaknya kalo di sekolah tuh ya mbok biasa aja toh. gak usah pake ngejar-ngejar gue gini."
   "uh..." bales putri yang tak punya tenaga lagi bahkan hanya untuk berbicara.
   "eh, put? lo kenapa, put? lo baik-baik aja kan?" tanya evan panik melihat putri yang terduduk di sebuah bangku kayu di tepi jalan didepan sebuah warung kecil yang agak tidak terawat.
   "eh? gue baik-baik aja ko, van. tapi pala gue udah pusing banget. gue gak kuat jalan lagi kalo udah kaya gini."
   "yaaah put. terus gimana? warung bu susi masih lumayan. masa lo mau nunggu disini terus gue beliin ke warung bu susi sih? kan gak mungkin."
   "eh? yaudah, jajannya kapan-kapan lagi aja hehe" jawab putri yang sudah begitu pucat di bagian bibir dan wajahnya.
   "put? lo pucet banget. lo yakin gak apa-apa?"
   "nggak kok, van. tenang aja."
  setelah duduk lumayan lama tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut mereka, sebenernya perasaan evan sudah dag dig dug menunggui keadaan putri membaik. dia sangat panik saat melihat wajah putri yang tadinya ceria lalu berubah pucat dan lemas sekali saat berbicara dengannya. namun kemudian, keadaan putri berangsur-angsur membaik. atau setidaknya, tidak se pucat yang tadi.
   "van, sorry ya gara-gara gue kita gak jadi jajan ke warung bu susi."
   "yaudahlah, gapapa. lagian juga keadaan lo lagi kaya gini. kalo gue disuruh milih. udah pasti gue bakal lebih ngedahuluin kesehatan lo duluan lah dibanding warung bu susi itu." ceramah evan panjang-lebar.
   "hehe" 

   brum... brum... ckiiit...

   sebuah motor berhenti di dekat kursi kayu mereka. kemudian, si pengendara tadi turun dari motornya sambil membuka helmnya.
   "eh... evan, putri. ngapain kalian disini?"
   "weh, asad. kaga ngapa-ngapain kita, lagi nyantai aja nih. baru balik latihan lo?" jawab evan segera untuk mengalihkan perhatian asad pada kondisi putri saat itu.
   "iya. lomba tingkat provinsi udah tinggal bentar lagi. itu berarti tim sekolah kita harus latihan lebih keras lagi dari biasanya."
   "oh iya ya. bentar lagi. sekitar tanggal berapa deh tuh lomba?"
   "tanggal 20 desember, di glora bung kasno. kalian berdua dateng dukung ya." kata asad sambil menunjukkan senyum manisnya.
   "iya, sad." kali ini suara putri. "kita pasti bakal dateng!" seru putri sambil meloncat berdiri dari kursi kayu itu.
   perasaan tadi dia lemes daaah, gerutu evan dalam hati.
   "hahaha. sip deh. nih, mau nggak?" tanya asad sambil menyodorkan sebotol minuman isotonik kepada putri.
   "eh? apa? bu.. buat aku?" tanya putri tergagap.
   "iya." jawab asad sambil tersenyum manis.
   "ta.. tapi, ntar buat kamunya gimana?"
   "loh, ini. kan aku masih ada yang satu lagi." jawab asad sambil menunjukkan botol yang satunya.
   "beneran nih?"
   "iya."
   "ma..makasi." jawab putri sambil agak tersipu.
   asad hanya mengangguk-angguk membalas ucapan terima kasih dari putri dan melenggang ke atas motornya lagi untuk pamit.
   "kalo gitu, gue balik duluan ya."
   "oke, hati-hati ya." seru evan yang ternyata semenjak tadi tengah menahan napasnya. sesak.
   "sip. kalian juga hati-hati. byeee" asad pun pergi bersama motornya. melaju. membelah kesunyian senja di sepanjang jalan Karya yang mulai sepi itu.
   evan tidak berani menengok ke arah putri. tidak tahu kenapa. pasti yang dilakukannya ini akan...
   "van? kita pulang yuk." ajak putri yang sudah terlihat sangat sangat mendingan dari sebelumnya. dilihatnya botol minuman dari asad ditangannya telah berkurang seperempat.
   "eh? ayok." jawab evan sambil tersenyum tipis kepada putri.

***